Last updated on 13 Juli, 2022
Unbox,id – Semua orang tentu sudah mengenal CEO Tesla, Elon Musk. Konon katanya, Elon mengumumkan dia membatalkan perampungan transaksi pembelian atau akuisisi Twitter senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 652,6 triliun (kurs Rp 14.833). Melalui kuasa hukum, Elon Musk mengirimkan dokumen ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) alias SEC. Dokumen SEC yang berisi pernyataan Musk batal membeli membeli media sosial Twitter, salah satu alasannya adalah mengenai jumlah akun bot dan spam tak jelas.
Ternyata, Elon Musk tidak dapat memverifikasi jumlah akun robot (bot) dan akun palsu (spam) di Twitter. Penawaran awal Musk pertama kali melakukan penawaran untuk membeli Twitter pada 13 April 2022. Kemudian, pada 26 April, Twitter mengumumkan jika pihak mereka sudah menandatangani perjanjian definitif akuisisi oleh Elon Musk.
Adanya penandatangan perjanjian definitif berarti Elon Musk sudah resmi membeli jejaring sosial karya Jack Dorsey. Hanya saja pada Mei 2022, Twitter dan Musk mengalami perselisihan mengenai data akun bot dan spam yang beredar di platform mikroblogging. Jadi awalnya, Twitter mengklaim total akun bot/spam yang beredar pada platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian setelah mengalami monetisasi
Hanya saja, Musk ragu dengan data itu sehingga memprediksi total akun bot/spam yang beredar 20 persen dari total pengguna atau lima kali lebih banyak dari klaim Twitter. Dari situlah, Musk meminta Twitter membuktikan klaim sampai mengancam melakukan pembatalan proses akuisisi Twitter. Pasalnya, Twitter belum memberikan data sesuai permintaan Musk. Hingga pada Juli 2022 sudah hampir dua bulan sejak Musk meminta data tentang jumlah akun spam dan bot, Twitter masih belum memberikan jawaban.
Sejak hampir dua bulan berlangsung, Musk meminta data dan informasi yang diperlukan terkait pembuatan penilaian independen dari prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter. Namun, sayangnya, Twitter gagal atau menolak untuk memberikan informasi ini. Bukan hanya itu, Musk melalui tim legalnya menyampaikan bahwa Twitter terkadang mengabaikan dan menolak permintaan keterbukaan informasi bisnis Twitter yang diajukan Musk dengan alasan yang kurang dapat diterima.
Alasan dari Twitter melakukan hal itu menyatakan dalam mematuhinya dengan memberikan informasi yang kurang lengkap atau berguna bagi Elon Musk. Apabila ditelurusi kembali mengenai kontrak kesepakatan akuisisi, Musk berhak untuk mendapatkan bahkan meninjau serta meminta data dan informasi yang penting bagi bisnis Twitter. Hal ini tertulis bahkan sebelum Musk menyelesaikan transaksi pembelian Twitter. Namun, pelanggaran yang dilakukan Twitter dari segi keterbukaan informasi dan berbagai hal lainnya seperti tidak dapat tak bisa memberikan data akurat soal jumlah akun spam dan bot. Hal ini membuat Mask menilai Twitter gagal memenuhi kewajibannya akuisisi. Ini menjadi alasan kuat Mask membatalkan pembelian.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi unbox.id.