Jangan mengandalkan mesin semata untuk menyeleksi teks atau tulisan, otak manusia lebih baik dalam menganalisa dibandingkan komputer. Buktinya alogaritma secanggih milik Facebook saja bisa kebobolan oleh iklan ‘hate speech’ dari pengiklan yang meng-order dari Rusia. Materi yang dipasang dalam iklan tersebut berisi ujaran kebencian terhadap etnis Yahudi (anti-Semit).
Sebuah organisasi survei online digital, ProPublica menemukan sebuah bukti pihak Facebook tidak sengaja membiarkan pengiklan menyasar target profil kelompok anti-Semit di jaringan Facebook. Entah sebuah kelalaian atau percaya terhadap alogaritma berlebihan, yang jelas iklan sudah tersebar di internet via platform ini.
Modusnya pengiklan tidak sulit, seperti kebanyakan pengiklan lain di Facebook akan meriset kata kunci ‘keyword’ sebelum beriklan. Ternyata ditemukan kata kunci tentang ujaran kebencian seperti ‘Bagaimana cara bakar orang Yahudi’, ‘Pesta Nazi’, ‘Hitler tidak salah’. Kata kunci ini terhubung dengan profil – profil di Facebook yang mencantumkan salah satu ‘keyword’ tersebut.
Pihak Facebook mengklaim telah meningkatkan kemampuan alogaritma miliknya sehingga mampu menyaring iklan berita palsu (fake news) ternyata masih kebobolan juga. Situs engadget.com melansir bahwa pengiklan ‘hate speech’ tersebut berasal dari Rusia, namum pengiklan tersebut tidak beropersi di negeri Beruang Merah tersebut. Setelah ditemukan bukti adanya kategori anti-Semit pihak Facebook menghapus kategori tersebut di sistim alogaritma-nya.
Rob Leathern,Direktur Produk Management Facebook menyatakan perusahaan tidak mengijikan ujaran kebencian beredar di FB, komunitas kita mempunyai standar ketat melarang pengguna FB menyerang pihak lain berdasarkan karakter bawaan mereka termasuk etnis, agama seperti dilansir Engadget.com
“Kami melarang pengiklan FB memuat informasi yang menyerang pihak lain berdasarkan agama atau atribut lain, itulah standar aturan platform Facebook, dalam kasus ini FB telah menghapus pertanyaan yang berasosiasi dengan target – target tertentu’, ujar Rob seperti dilansir Edgadget.com (14/09/2017).
Kepada situs ProPublica.org, Mark Zuckerberg menegaskan tidak ada tempat untuk ujaran kebencian di komunitas FB dan berjanji akan lebih serius mengamati posting -posting yang menyerang pihak lain dengan karakter bawaan kelompok.
Menurut investigasi situs slate.com tidak hanya kategori anti-Semit saja yang ditemukan di platform FB, alogaritma ini juga mendeteksi ujaran kebencian lain seperti ‘Bunuh muslim radikal’. ‘Ku Klux-Klan’ sebuah gerakan rasis di Amerika Serikat.
Di Indonesia ujaran kebencian (hate speech) sedang menjadi perbincangan serius, apalagi setelah operasi Grup Saracen terbongkar di media massa. Meski Kemenkominfo sudah melakukan pemblokiran terhadap situs – situs pembuat berita palsu, materi – materi ‘fake news’ di grup – grup dan Time Line FB dan Twitter sulit disensor. Kecenderungan masyarakat kini makin berani mengungkap pendapatnya via media sosial, namun kurang berpikir apakah materi yang diposting tersebut berdampak positif bagi netizen lain.
Bila dicermati usia pelaku ujaran kebencian belakangan ini terhadap simbol negara di media sosial adalah generasi ‘millenial’, lihat saja penghina Ibu Negara, Kapolri, mereka masih belasan tahun tapi sudah bernyali. Di timeline Facebook dan grup – grup masih banyak materi – materi seperti itu, kebanyakan pemosting masih duduk di bangku SLTA. Mungkin menurut mereka adalah cara cepat untuk terkenal dan dianggap keren.
Ibaratnya iklan dengan materi konten ujaran kebencian seperti ‘pedang bermata dua’. Pada satu sisi mendorong kelompok-kelompok yang sudah terbentuk dengan orientasi sejenis itu makin besar, di lain sisi membangkitkan gagasan untuk membentuk kelompok-kelompok ekstrim. Netizen cerdas pasti bisa membedakan materi iklan negatif atau positif, kekuatiran pada pengguna media sosial dengan literasi rendah.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi unbox.id.